Lichovid - Gadget mobile yang semakin pintar dan canggih memungkinkan untuk para penggunanya bekerja dengan memanfaatkan alat genggaman tangan tersebut, termasuk dalam lingkup yang luas dan besar yang memiliki banyak data sensitif.
Di sinilah banyak risiko baru yang ditemukan, karena setiap aplikasi yang ada di dalam gadget itu sendiri punya bagian celah security yang lemah. Bahkan, Andi Surya dari HP Enterprise Securities menyebutkan bahwa mayoritas aplikasi mobile sebenarnya sangat rawan dibobol peretas.
“Sembilan dari sepuluh aplikasi mobile itu rentan serangan hacker,” kata Andi dalam Media Gathering PT Virtus Technology Indonesia di Belitung, pekan lalu.
Pernyataan Andi tersebut mengacu pada hasil riset yang dipublikasikan HP menjelang akhir tahun lalu. Ketika itu, HP menyebutkan bahwa 88 persen aplikasi mobile tak memiliki mekanisme pencegahan exploit yang bisa dimanfaatkan oleh para hacker.
Mengapa kebanyakan aplikasi mobile rentan diserang? Menurut Andi, penyebabnya terletak pada proses pengembangan yang kurang memperhatikan aspek keamanan.
“Dari sisi aplikasinya banyak yang kejar tayang, lebih melihat masalah fungsi saja, tapi kurang mempertimbangkan sekuriti,” jelasnya. Padahal, persoalan longgarnya keamanan ini bisa diatasi selama proses pengembangan aplikasi.
Para mengambil kebijakan korporasi ini pun dinilai Andi harus lebih bijak dalam menyikapi penggunaan perangkat mobile di lingkup perusahaan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak dikehendaki.
“Misalnya, dengan membolehkan pegawai membawa perangkat (mobile) sendiri atau tidak. Kalaupun boleh, perlu diatur lagi bagaimana penggunaannya,” kata Andi.
1 komentar so far
Tes saja mau coba coba
EmoticonEmoticon